Selasa, 30 April 2013

Pergeseran Kemasan Makanan Sunda


Makanan tradisional Sunda memiliki keunikan yang khas jika dibandingkan dengan makanan tradisional lain. Secara umum, makanan tradisional Sunda cenderung asin, menggunakan sayur-sayuran mentah setempat (lalapan), sambal terasi, tahu-tempe, ikan asin, olahan pepes. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat tradisional Sunda yang dekat dengan alam. Selain mata pencaharian utamanya adalah bertani, masyarakat tradisional Sunda mempunyai lingkungan alam yang eksotik.

Keunikan makanan tradisional Sunda terdapat pada makanan jajanan. Makanan Jajanan adalah kelompok makanan utama, ringan, pelengkap, dan pencuci mulut yang dijajakan atau dijual secara umum. Makanan tersebut bisa diperoleh pada penjual yang menetap (di pasar atau rumah makan) ataupun menjajakan makanannya secara keliling. Makanan jajanan biasanya disuguhkan dalam cara-cara yang unik, mulai dari teknik pembuatannya, desain kemasannya, hingga cara menjajakannya.
Variasi kemasan makanan jajanan tradisional salah satunya adalah dengan menggunakan pembungkus atau pincuk. Sebagai contoh, daun pisang adalah daun yang paling banyak dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan. Selain murah dan mudah diperoleh dimana-mana, daun pisang berukuran lebar serta bisa tumbuh tanpa terlalu terpengaruh siklus musiman buah. Daun ini sering digunakan dalam keadaan basah (dipanaskan di dekat api).

Daun sebagai pembungkus makanan mengandung berbagai senyawa kimia. Sedangkan di bagian permukaan daun terdapat senyawa lilin, antimikroba (antijamur, antibakteri, antiparasit, dan antivirus), serta senyawa silikat. Dengan demikian, daun yang digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional tidak mengandung senyawa yang dapat meracuni manusia kecuali ada faktor luar yang mencemari seperti pestisida, pupuk sintetis, zat warna, dan lain-lain. Ketika daun dilipat dalam proses pembungkusan, pecahan di sekitar lipatan tidak melepaskan karsinogen (penyebab kanker) seperti yang dicurigai terjadi pada pembungkus plastik. Zat-zat yang dilepaskan daun dapat dicerna secara alami oleh kerja lambung manusia bahkan bisa berguna sebagai nutrisi. Hal yang perlu dihindari adalah jangan sampai daun tercemar oleh mikroba, pestisida, dan zat karsinogenik.

Kemasan makanan tradisional yang bersumber dari alam (daun, pohon, akar) sangat menggambarkan manusia tradisional yang hidup dari dan untuk alam. Kemasan memiliki nilai tambah karena paling mudah didegradasi dibandingkan dengan kemasan plastik atau styrofoam yang sekarang menjamur. Contoh lain, pohon bambu yang digunakan sebagai kemasan gula merah dan lahang (minuman dari sadapan pohon aren) adalah tumbuhan yang tidak mengeluarkan getah sehingga aman untuk dikonsumsi tanpa khawatir akan keracunan. Selain itu, pohon bambu adalah tumbuhan yang bisa tumbuh dalam jumlah banyak serta waktu yang cepat sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan kelestariannya.

Artikel lainnya : Jual Rendang Kemasan


Selasa, 23 April 2013

Masakan di Indonesia

Masakan Indonesia mencerminkan keanekaragaman masyarakat yang menghuni sekitar 6.000 pulau yang membentuk negara Indonesia. Mungkin sebenarnya  tidak  ada  satu  bentuk  tunggal  "masakan  Indonesia",  tetapi  lebih kepada, keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah terlibat dalam perdagangan dunia berkat lokasi  dan  sumber  daya alamnya. Teknik  memasak  dan  bahan  makanan  asli

Indonesia berkembang dan kemudian dipengaruhi oleh seni kuliner India, Timur Tengah, China, dan akhirnya Eropa. Para pedagang Spanyol dan Portugis membawa berbagai bahan makanan dari benua Amerika jauh sebelum Belanda berhasil  menguasai  Indonesia.  Pulau  Maluku  yang  termahsyur  sebagai "Kepulauan Rempah-rempah", juga menyumbangkan tanaman rempah asli Indonesia kepada seni kuliner dunia. Seni kuliner kawasan bagian timur Indonesia mirip dengan seni memasak Polinesia dan Melanesia.

Masakan Sumatera, sebagai contoh, seringkali menampilkan pengaruh Timur Tengah dan India, seperti penggunaan bumbu kari pada hidangan daging dan sayurannya, sementara masakan Jawa berkembang dari teknik memasak asli nusantara. Unsur budaya masakan China dapat dicermati pada beberapa masakan Indonesia. Masakan seperti bakmi, bakso, dan lumpia telah terserap dalam seni masakan Indonesia.

Beberapa jenis hidangan asli Indonesia juga kini dapat ditemukan di beberapa negara Asia. Masakan Indonesia populer seperti sate, rendang padang, dan sambal juga digemari di Malaysia dan Singapura. Bahan makanan berbahan dasar dari kedelai seperti variasi tahu dan tempe, juga sangat populer. Tempe dianggap sebagai penemuan asli Jawa, adaptasi lokal dari fermentasi kedelai. Jenis lainnya dari makanan  fermentasi  kedelai  adalah  oncom,  mirip  dengan  tempe  tapi menggunakan jenis jamur yang berbeda, oncom sangat populer di Jawa Barat.

Makanan Indonesia umumnya dimakan dengan menggunakan kombinasi alat makan sendok pada tangan kanan dan garpu pada tangan kiri, meskipun demikian banyak juga yang terbiasa makan langsung dengan tangan telanjang. Di restoran atau rumah tangga tertentu lazim menggunakan tangan untuk makan, seperti restoran seafood, restoran tradisional Sunda dan Padang, atau warung tenda Pecel Lele dan Ayam Goreng khas Jawa Timur. Tempat seperti ini biasanya juga menyajikan kobokan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan menggunakan tangan telanjang.


Jumat, 12 April 2013

Penelitian Tentang Respon Masyarakat Terhadap Rendang Asli Padang

Rendang adalah Masakan tradisional yang dibuat dari bahan utama daging sapi yang dimasak bersamaan dengan santan dan rempah-rempah. Rendang memiliki aroma sangat kuat dan warna kehitaman yang sangat khas. Tujuan penelitian ini untuk menemukan apakah ada perbedaan warna, rasa, aroma, dan tekstur rendang asli Padang dengan rendang yang ada di kota Malang, serta rendang mana yang paling disukai masyarakat kota Malang. Pengujian terhadap rasa, warna, aroma dan tekstur dengan menggunakan rangking dengan menggunakan angket perbedaan dan kesukaan terhadap responden, bila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan Duncans Multiple Range Test. Hasil penelitian menunjukan rendang asli Padang dengan rendang di tiga rumah makan kota Malang berbeda berdasarkan atas rasa, warna, aroma dan tekstur. Dengan skor tertinggi pada rendang asli Padang berdasarkan rasa 3,8, warna 4,0, aroma3,2 dan tekstur 3,2.Dilihat dari Tingkat kesukaan responden, rendang asli Padang disukai berdasarkan rasa dengan skor 3,3, aroma 3,2 dan tekstur 3,1, namun kesukaan terhadap warna di peroleh oleh rumah makan Padang 2 dan 3 dengan skor 3,4. Berdasarkan hasil diatas ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan rendang asli Padang dengan rendang yang ada di tiga rumah makan di kota Malang berdasarkan rasa, warna, aroma, dan tekstur, serta didapatkan bahwa rendang asli Padang disukai berdasarkan rasa, aroma, dan tekstur, namun kesukaan warna didapatkan pada rendang rumah makan 2 dan 3. 

Diharapkan pada penelitian selanjutnya peneliti mengolah rendang asli Padang menggunakan bahan-bahan yang tersedia di kota Malang, sehingga diketahui apakah rasa akan sama atau tidak bila menggunakan bahan yang berbeda dengan rendang yang diolah dengan bahan asli dari Padang, penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan gizi pada rendang yang lebih mendalam, penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti tidak hanya terfokus pada satu jenis masakan Padang saja, dan penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat mengolah rendang sendiri. 

untuk tambahan informasi saja bahwa saat ini masakan rendang sudah ada dalam bentuk kalengan, silahkan baca artikel tentang rendang kaleng, dan barang kali dari pembaca ada yang mau membelinya. hehe